Cacing Ascaris
lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil, infertil
dan yang telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur
spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x
35 – 50 mikron. Telur Ascaris
lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal
dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas
tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar
yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan
tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk
telur )
c. Lapisan
paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis
sel telurnya.
Telur cacing ini sering ditemukan
dalam 2 bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur yang infertile
(tidak dibuahi). Telur fertil yang belum berkembang biasanya tidak memiliki
rongga udara, tetapi yang telah mengalami perkembangan akan didapatkan rongga
udara. Pada telur fertile yang telah mengalami pematangan kadangkala mengalami
pengelupasan dinding telur yang paling luar sehingga penampakan telurny tidak
lagi berbenjol-benjol kasar melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami
pengelupasan pada lapisan albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah
mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini lapisan hialin menjadi lapisan
yang paling luar.
Telur infertil; bentuknya lebih lonjong, ukuran
lebih besar, berisi protoplasma yang mati sehingga tampak lebih transparan.
Pada stadium dewasa, cacing spesies
ini dapat dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis betina memiliki ukuran
yang relatif lebih besar dibandingkan jantan. Pada bagian kepala (anterior)
terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae, satu pada mediodorsal dan
2 buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut terdapat bucal cavity yang
berbentuk trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis kelamin jantan memiliki
ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm sedangkan diameternya antara 2
– 4 mm. Pada bagian posterior ekornya melingkar ke arah ventral dan memiliki 2
buah spikula. Sedangkan jenis kelamin betina panjang badannya berkisar antara
20 – 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 – 6 mm. Bagian ekornya relatif lurus
dan runcing.
Cacing
jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada
cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung
ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian
yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
Cacing
dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga
sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45
mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40
mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.
Morfologi Telur
Telur Ascaris lumbricoides atau
cacing gelang memiliki ciri-ciri yaitu :
- ukuran telur bergantung kesuburan di dalam usus hospes
- telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum matang
- ada tiga bentuk telur yang mungkin di temukan dalam tinja, yaitu :
Morfologi cacing dewasa
Cacing Ascaris lumbricoides
atau cacing gelang memiliki ciri-ciri yaitu :
- Nematoda usus terbesar
- badan panjang silindris, kedua ujung lancip, lapisan luar dilapisi kutikula yang melintang.
- mulut memiliki 3 bibir, 1dorsal dan 2 lateroventral.
- caing jantan ukurannya lebih kecil dari pada betina.
- bagian posterior cacing jantan melengkung ke arah ventral.
Klasifikasi
INGKATAN
|
NAMA
|
KINGDOM
|
Animalia
|
FILUM
|
Nemathelminthes
|
KELAS
|
Nematoda
|
ORDO
|
Ascaridida
|
FAMILI
|
Ascaridae
|
GENUS
|
Ascaris
|
SPESIES
|
Ascaris lumbricoides
|
Sumber
Infeksi
1. Telur ascaris
yang infektif tertelan manusia dan mencapai duodenum, di sini telur menjadi
larva
2. Larva ini
menembus dinding usus, melalui saluran limfe bermigrasi ke hepar dan paru
3. Banyaknya larva
di paru-paru menimbulkan gejala Loefller Syndrome/ Atypical Pneumonia
4. Larva mencapai
epiglottis dan kembali ke usus kecil. Di sini tumbuh menjadi cacing dewasa,
cacing betina bertelur lagi
5. Perjalanan
cacing hingga menjadi dewasa ± 3 bulan
Diagnosis
1.
Ditemukan telur ascaris dalam faeces
2.
Keluar cacing ascaris bersama faeces/ muntah
- pemeriksaan tinja dengan menggunakan metode natif/langsung, penderita dinyatakan + jika ditemukan telur di buahi,dekotikasi, dan tidak dibuahi dalam tinja.
- menemukan cacing dewasa dalam muntahan,tinja, atau keluaran dari hidung.
Pencegahan Askariasis
1. Pencegahan Primer
- Melakukan promosi kesehatan yaitu pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun, sayuran segar (mentah) yang akan dimakan sebagai lalapan, harus dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun. Juga peyuluhan tentang pentingnya buang air besar di jamban, tidak di kali atau di kebun untuk menghindari penyebaran dan penyakit ini.
- Proteksi spesifik dengan melakukan pengobatan massal 6 bulan sekali di daerah endemik atau di daerah yang rawan askariasis.
2.
Pencegahan Sekunder
- Deteksi dini terhadap orang yang mempunyai risiko terkena penyakit askariasis ini.
- Mengobati dengan tepat penderita askariasis
3.
Pencegahan Tersier
- Membatasi ketidakmampuan penderita askariasis dengan memberikan pengobatan pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal, Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari berturut-turut, Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan selama hamil atau melakukan operasi pembedahan apabila pengobatan secara oral sudah tidak memungkinkan lagi.
Pengobatan
- Obat - Mebendazol, albendazole, dan pirantel pamoat.Obat-obat ini bekerja dengan membunuh cacing dewasa. Cukup efektif untuk mengobati askariasis.
- Endoskopi atau pembedahan - Dalam kasus askariasis berat, dapat terjadi obstruksi atau perforasi usus, obstruksi saluran empedu, dan usus buntu yang mungkin memerlukan pembedahan.
Daftar
Pustaka